Sebagai psikolog profesional, kita sering bertemu dengan klien yang memiliki berbagai macam masalah. Selain memberikan layanan terbaik untuk klien, hal yang perlu diperhatikan juga adalah mengikuti kode etik psikolog yang telah ditetapkan. Satu di antara pertanyaan yang sering muncul adalah apakah boleh berteman dengan klien atau tidak? Apakah berteman dengan klien melanggar kode etik psikolog?
Mengenal Kode Etik Psikolog
Sebelum membahas apakah melanggar kode etik atau tidak, kita perlu mengenali dulu kode etik psikolog yang telah ditetapkan. Kode etik psikolog adalah seperangkat prinsip-prinsip moral yang ditetapkan oleh suatu organisasi keprofesian untuk menjadi pedoman para anggotanya dalam menjalankan pekerjaannya. Kode etik psikolog bertujuan untuk melindungi klien atau pasien, menghindari praktik yang salah, serta menjaga profesionalisme profesi psikolog.
Dalam kode etik psikolog, terdapat beberapa prinsip dasar yang harus diikuti, seperti misalnya prinsip integritas, privasi, kerahasiaan, tanggung jawab, serta kewajiban moral. Berikut adalah penjelasan dari prinsip-prinsip tersebut:
Integritas
Prinsip integritas berarti psikolog harus menghormati dan memperhatikan hak-hak klien, serta menunjukkan sikap menghargai kesetaraan pada semua individu.
Privasi
Psikolog harus menghargai privasi klien baik itu dari segi fisik maupun informasi yang diberikan oleh klien.
Kerahasiaan
Prinsip kerahasiaan mengharuskan psikolog untuk menjaga seluruh informasi yang diperoleh dari klien sebagai rahasia.
Tanggung Jawab
Psikolog bertanggung jawab atas layanan yang diberikan pada klien dan juga bertanggung jawab pada hasil serta efek dari layanan tersebut.
Kewajiban Moral
Psikolog harus mengikuti norma moral yang diterapkan dalam profesi psikolog, serta mempertimbangkan kesejahteraan klien dan masyarakat.
Berteman dengan Klien: Apakah Melanggar Kode Etik Psikolog ?
Setelah mengenal kode etik psikolog, kita dapat membahas apakah berteman dengan klien melanggar kode etik psikolog atau tidak. Sebenarnya, hal ini tergantung pada bagaimana hubungan persahabatan tersebut terjalin.
Menurut American Psychological Association (APA), berteman dengan klien dapat menjadi masalah etika dalam beberapa kondisi. Berkaitan dengan prinsip-prinsip dasar di atas, ketentuan etika yang harus diperhatikan adalah privasi, kerahasiaan, dan tanggung jawab pada hasil layanan.
Jadi, bila berteman dengan klien tersebut tidak mempengaruhi prinsip dasar kode etik psikolog, maka berteman dengan klien tidak akan melanggar kode etik psikolog. Namun, jika berteman dengan klien mempengaruhi kebijaksanaan kita dalam menjalankan layanan terhadap klien, maka hal ini dapat menjadi masalah etika dalam psikologi.
Ada beberapa kondisi di mana berteman dengan klien bisa menjadi masalah, seperti misalnya :
Mengorbankan Privasi Klien
Ketika sudah berteman dengan klien, risiko kita mengorbankan privasi dan kerahasiaan klien menjadi lebih besar. Kita familiar dengan data klien yang bisa membuat kita mudah tergoda untuk membuka informasi yang seharusnya menjadi privasi klien.
Mendistorsi Hasil Layanan atau Pengobatan
Berteman dengan klien juga bisa mengganggu kebijakan mengenai hasil layanan yang harus terus disesuaikan dengan standar profesional. Apapun permintaan klien, kebijakan kami harus selalu didasarkan pada standar layanan yang tepat, sesuai dengan batasan profesional.
Konflik Kepentingan
Berteman dengan klien juga bisa menjadi konflik kepentingan dalam penanganan klien itu sendiri. Kita harus bisa memetakan apakah teman kita terlalu mempengaruhi cara kita memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi.
Klien Tidak Merasa Nyaman
Belajar bagaimana klien harus memahami perbedaan antara terapis dan teman. Terkadang klien merasa tidak nyaman atau tidak dapat bersikap apa adanya ketika mereka mencoba untuk menemukan konseling atau terapi.
Klien Tidak Berkembang
Persahabatan dan konseling adalah dua hal yang sangat berbeda. Saat berteman dengan klien, klien mungkin tidak ingin berbicara tentang masalah yang sesungguhnya. Hal ini menjadi masalah ketika klien tidak berkembang karena tidak lagi berbicara tentang masalahnya.
Membiarkan Kerahasiaan Berakhir
Dalam mengobati klien, psikolog harus melindungi identitas klien dan menjaga kerahasiaan informasi apa pun yang mereka sampaikan di sesi konseling. Ketika akhirnya pertemanan klien dan psikolog berakhir, mungkin sulit untuk memisahkan informasi pribadi dari hubungan pertemanan, yang dapat membahayakan privasi atau kerahasiaan klien.
Kesimpulan
Dalam profesi psikologi, kita tidak bisa melepas tanggung jawab kita sebagai profesional ketika sudah berteman dengan klien. Mengikuti kode etik psikolog selalu menjadi acuan untuk menjaga prinsip-prinsip dasar dalam psikologi, yaitu integritas, privasi, kerahasiaan, tanggung jawab, dan kewajiban moral.
Berteman dengan klien bisa saja tidak melanggar kode etik jika kita bisa memperhatikan kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi prinsip-prinsip dasar kode etik psikolog. Tetapi, bila pertemanan tersebut mengorbankan prinsip dasar kode etik psikolog, maka hal tersebut bisa menjadi masalah etika dalam psikologi.
Oleh karena itu, penting bagi psikolog untuk selalu memegang tanggung jawab profesinya dan menjaga hubungan profesional dengan klien. Karena dalam memulihkan atau membantu klien, privasi dan kepercayaan klien harus selalu dijaga untuk membantu klien agar lebih percaya diri dalam memecahkan masalahnya.