Bayi tabung, atau fertilisasi in vitro (FIV), adalah prosedur medis ketika sel telur Wanita dan sperma laki-laki digabungkan di laboratorium untuk menciptakan embrio. Kemudian, embrio itu ditanamkan kembali ke rahim wanita untuk pertumbuhan dan perkembangan menjadi bayi. Proses ini pertama kali dicapai pada tahun 1978 oleh Pembicaraan Edwards dan Patrick Steptoe di Cambridge, Inggris. Bayi yang dilahirkan dari metode ini kemudian dikenal sebagai bayi tabung.
Berita pertama tentang keberhasilan bayi tabung pertama di dunia dilaporkan pada bulan Juli 1978. Pasangan yang mengalami kesulitan untuk hamil selama sembilan tahun, Lesley dan John Brown, berhasil melahirkan bayi perempuan yang mereka beri nama Louise Brown. Bayi tabung ini dilihat sebagai terobosan dalam bidang reproduksi manusia, dan memicu revolusi dalam teknologi reproduksi manusia.
Kini, 41 tahun setelah bayi tabung pertama lahir, sudah jutaan orang yang dilahirkan melalui prosedur fertilisasi in vitro. Teknologi terus berkembang dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa bayi tabung dapat dilakukan dengan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Namun, ada beberapa kontroversi di sekitar teknologi ini.
Proses Bayi Tabung
Perlu diingat bahwa prosedur bayi tabung bukanlah pilihan pertama bagi pasangan yang mengalami kesulitan untuk hamil. Biasanya, dokter akan merekomendasikan pengobatan lain seperti terapi obat, operasi atau inseminasi buatan sebelum merekomendasikan prosedur FIV. Proses bayi tabung sendiri melibatkan beberapa langkah, termasuk:
-
Stimulasi Ovarium: Wanita diberikan obat-obatan untuk merangsang produksi sel telur yang lebih banyak dari biasanya.
-
Pengambilan Sel Telur: Setelah folikel matang, sel telur diambil dari ovarium dengan menggunakan teknik aspirasi folikel transvaginal.
-
Pembuahan: Sperma laki-laki dikumpulkan dan dicampurkan dengan sel telur di dalam laboratorium. Kemudian, embrio yang terbentuk ditanamkan kembali ke rahim wanita.
-
Pemantauan dan Uji Kehamilan: Wanita akan dimonitor untuk melihat perkembangan embrio dalam rahim. Jika embrio berhasil menempel, wanita akan menjalani tes kehamilan untuk memastikan keberhasilan prosedur bayi tabung.
Kontroversi Terkait Bayi Tabung
Seiring dengan lonjakan popularitas bayi tabung dalam beberapa dekade terakhir, muncul beberapa kontroversi terkait prosedur ini. Beberapa kritikus mengatakan bahwa bayi tabung merusak hubungan antara orang tua dan anak, karena proses pembuahan tidak terjadi secara alami dan tidak ada hubungan seksual yang terlibat. Namun, banyak pasangan yang berhasil melahirkan bayi tabung menyatakan bahwa prosedur ini justru memperkuat hubungan mereka dan memberi mereka kesempatan untuk menjadi orang tua.
Ada juga keprihatinan tentang efek jangka panjang dari prosedur bayi tabung pada kesehatan bayi dan ibu. Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk meneliti risiko kelainan bawaan dan kesehatan mental pada bayi tabung, namun hasilnya masih kontroversial. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi tabung memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kelainan bawaan, seperti sindrom Down dan kelainan jantung, namun penelitian lain menunjukkan bahwa risiko ini sebenarnya hampir sama dengan bayi yang dikandung secara alami.
Kesimpulan
Bayi tabung adalah teknologi reproduksi manusia yang mengubah hidup jutaan pasangan yang mengalami kesulitan untuk hamil. Kini, 41 tahun setelah pembuatan bayi tabung pertama di dunia, teknologi ini terus berkembang dan menjadi lebih efektif. Namun, ada beberapa kontroversi yang terkait dengan bayi tabung yang membutuhkan perhatian dan penelitian lebih lanjut. Meskipun demikian, banyak pasangan yang berhasil melahirkan bayi tabung merasa sangat bersyukur atas keberhasilan prosedur ini.