Trauma pada Anak Bisa Ganggu Karakternya Saat Dewasa

Trauma pada anak bisa berdampak buruk pada tumbuh kembangnya. Bekas luka pada pengalaman emosional anak tak hanya akan muncul pada masa kanak-kanak, melainkan juga dapat mempengaruhi karakternya saat ia dewasa. Oleh karena itu, sangat penting bagi para orang tua untuk menghindari dan mengatasi trauma pada anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan dengan baik dan optimal.

Pengertian Trauma pada Anak

Trauma pada anak adalah kondisi psikologis yang terjadi akibat pengalaman menyakitkan, baik secara fisik maupun emosional. Pengalaman yang menyakitkan tersebut dapat terjadi pada setiap fase kehidupan anak, dari saat bayi hingga masa remaja. Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab trauma pada anak di antaranya ialah kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual, kecelakaan, kematian seseorang yang dekat, atau orang tua yang bercerai.

Dampak Trauma pada Anak

Traum pada anak dapat berdampak besar pada tumbuh kembangnya, baik secara fisik maupun mental. Anak yang mengalami trauma cenderung lebih mudah merasa cemas, takut, dan depresi. Ia juga mungkin mengalami gangguan tidur, kesulitan berkonsentrasi, serta memiliki perilaku agresif. Saat dewasa, trauma pada anak dapat memengaruhi karakternya seperti masalah kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan, depresi, bahkan mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD).

Cara Menghindari Trauma pada Anak

Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Oleh karena itu, para orang tua harus mencegah terjadinya pengalaman traumatis pada anak. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari trauma pada anak ialah:

1. Menciptakan Lingkungan yang Aman di Rumah

Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman di rumah sangat penting dalam menjaga keamanan anak. Pastikan anak mendapatkan nutrisi yang cukup, cukup istirahat, serta membatasi waktu interaksi dengan teknologi agar tidak terpapar berita dan konten yang tidak pantas.

2. Memberikan Pengawasan dan Pelindungan Terhadap Anak

Pengawasan dan perlindungan terhadap anak sangat penting dilakukan. Pastikan anak dalam pantauan orang dewasa yang dapat dipercaya, dalam pengawasan saat leluasa, dan mengikuti kelas bela diri atau latihan olahraga yang dapat membangun kepercayaan diri.

3. Jangan Memaksa Anak Untuk Melakukan Hal yang Tidak Disukainya

Memaksa anak untuk melakukan hal yang tidak disukainya dapat membuat anak merasa tertekan dan menjadikan pengalaman yang menyakitkan. Orang tua harus memahami ketertarikan dan kemampuan anak, sehingga memberikan kesempatan bagi anak untuk menemukan minat dan bakatnya.

Cara Mengatasi Trauma pada Anak

Jika seorang anak mengalami trauma, para orang tua perlu mengambil langkah-langkah untuk membantunya agar dapat pulih kembali. Beberapa cara mengatasi trauma pada anak ialah:

1. Menenangkan dan Mendukung Anak

Para orang tua harus memberikan dukungan dan menenangkan anak yang mengalami trauma. Cobalah untuk meluangkan waktu untuk mendengarkan anak ketika ia ingin berbicara, berbicara dengan empati, dan memberikan pemahaman serta memberi dukungan yang positif dan membangun.

2. Memberikan Terapi dan Konseling

Terapi dan konseling menjadi salah satu cara untuk membantu anak mengatasi trauma. Para orang tua dapat mengajak anak untuk berkonsultasi ke ahli terapi atau psikolog yang dapat membantu anak untuk meredakan ketidaknyamanannya.

3. Memberikan Aktivitas yang Bermakna

Aktivitas yang baik seperti olahraga, seni, atau belajar menjadi cara yang efektif untuk membantu anak memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan mereka dalam mengatasi stres dan tekanan.

Kesimpulan

Trauma pada anak bisa berdampak buruk pada tumbuh kembangnya, tidak hanya pada masa kanak-kanak namun juga saat ia dewasa. Oleh karena itu, penting bagi para orang tua untuk menghindari dan mengatasi trauma pada anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan dengan baik dan optimal. Dalam menghindari trauma, para orang tua perlu mencegah terjadinya pengalaman traumatis pada anak dengan menciptakan lingkungan yang aman, memberikan pengawasan dan perlindungan yang tepat, serta tidak memaksa anak melakukan hal yang tidak disukai. Sedangkan pada saat mengatasi trauma, para orang tua dapat memberikan dukungan dan menenangkan anak, memberikan terapi dan konseling, serta memberikan aktivitas yang bermanfaat untuk membantu anak memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan mereka mengatasi stres dan tekanan.